Friday, June 25, 2010

IPK 3++?

Konon menjadi wartawan Jawa Pos harus lulus dengan IPK 3++, tapi kalau melihat tulisan-tulisan di Jawa Pos, terutama berita luar negerinya, kelihatan sekali bahwa isinya cuma copy + paste lalu kirim ke bagian penerjemah, tidak ada pendalaman sama sekali.

Misalnya, seringkali dimuat di Jawa Pos artikel mengenai dukungan terhadap perkawinan homo. Seakan-akan perkawinan homo adalah bagian dari perjuangan hak asasi manusia. Benar-benar tolol. Perkawinan homo tidak ada hubungannya dengan hak asasi manusia. Perkawinan homo adalah imbas pertarungan politik antara partai Republik dengan partai Demokrat di Amerika Serikat. Kita di Indonesia ini, apa urusannya? Dan Jawa Pos, ingin menobatkan diri sebagai pendukung utama perkawinan homo di Indonesia? (mumpung tidak ada koran nasional lain di Indonesia yang secara rutin memuat berita pro perkawinan homo).

Lalu ada juga soal "Obama mengancam akan memecat petinggi British Petroleum". Duar!!! Sejak kapan British Petroleum menjadi BUMN-nya Amerika Serikat? Punya kuasa apa Obama untuk memecat petinggi BP? Lagi-lagi wartawan ber-IPK 3++ Jawa Pos lebih mengedepankan kesengsem beratnya terhadap Obama dibandingkan dengan menulis berita secara rasional.

Contoh terakhir adalah berita mengenai peringatan perang Korea di edisi hari ini. Dengan santainya sang wartawan (whoever that is) menerjemahkan berita dari .... eh ... entah dari mana, yang jelas kalo tidak pernah baca sejarah, pasti kesimpulannya adalah Amerika Serikat yang memulai perang Korea. Dan (DAN) ini didasarkan pada pidato Kim Jong Il (!!!). Padahal semua orang tahu orang gila macam apa Kim Jong Il itu.

Perang Korea dimulai ketika bapaknya Kim Jong Il (yang juga sama-sama gila alias memang keturunan) punya ide "cemerlang".

Di tahun 1950, sebagian besar industri di tanah Korea terletak di Utara, dengan demikian secara relatif Korea Utara lebih maju dan makmur. Sedangkan Korea Selatan lebih banyak berupa sawah dan ladang. Maka menurut perhitungan Kim Il Sung (itu bapaknya Kim Jong Il, yang jadi sohibnya Soekarno, yang sama-sama gila kuasanya), dengan sekali gebrak saja Korea Selatan bisa dengan mudah ditundukkan dan dia akan menjadi raja diraja tanah Korea.

Tentu saja yang namanya ide orang gila mana bisa diterapkan dengan sukses di dunia orang normal. Amerika Serikat yang saat itu masih ngendon di Jepang pasca Perang Dunia 2, tentu saja tidak mau cuma menonton Korea Selatan dicaplok oleh komunis. Maka dikirimkanlah bantuan tentara ke Korea Selatan dan sukses menggulung Korea Utara hingga ke perbatasan Cina.

Masalahnya, setahun sebelumnya komunis berhasil merebut kekuasaan di Cina, dan MacArthur yang saat itu memimpin tentara Amerika Serikat punya ide "cemerlang" juga untuk melanjutkan kemenangannya di Korea menuju Beijing. Akhirnya Cina jadi ikut-ikutan berperang di Korea, dan presiden Amerika Serikat (Harry Truman) yang sebelumnya cuma ingin menolong Korea Selatan terpaksa memecat MacArthur dan melobi PBB untuk menetapkan garis lintang 38 derajat Utara sebagai perbatasan kedua Korea (yang oleh wartawan ber-IPK 3++ Jawa Pos diterjemahkan menjadi "benteng ke-38", memangnya lulusan mana? Universitas Kartini?)

No comments: